Powered By Blogger

Kamis, 01 Maret 2012

Susahnya Menjadi Sahabat yang Baik


OPINI | 02 March 2012 | 03:24 Dibaca: 339   Komentar: 29   11 dari 12 Kompasianer menilai aktual
http://masamudamasakritis.files.wordpress.com/
http://masamudamasakritis.files.wordpress.com/

friendship isn’t how you forget but how you forgive

not how you listen, but how you understand

not how you see , but how you feel

not how you let go, but how you hold on

(pravsworld.com)
Sebenarnya apa sih arti sahabat itu? Kalau yang saya baca di kamus bahasa Indonesia sahabat itu artinya teman atau kawan. Nah kalau teman itu sendiri artinya apa? Masih dalam kamus yang sama, teman itu ya sahabat, lho kok sama? Padahal kalau menurut saya sih teman sama sahabat itu memiliki definisi atau arti yang berbeda. Setelah saya baca-baca dan googling kesana kemari, serta berdasar pada apa yang saya rasakan juga, akhirnya saya menarik kesimpulan bahwa teman itu ada buat senang-senang, sementara sahabat itu ada untuk menopang kita dikala susah.
Wah kok rasanya gak adil banget ya? Memang sih kalo dirasa-rasakan emang iya gak adil banget. Istilah gampangnya gini deh, kalo pas lagi seneng larinya ke teman tapi pas susah larinya ke sahabat. Buat saya, seorang sahabat itu adalah orang yang mengerti saya pribadi secara keseluruhan luar dalam, artinya saya tidak pernah bisa menutupi apapun dari sahabat saya bahkan hal terburuk sekalipun atau bahkan sifat-sifat jelek yang saya miliki. Dan itu tidak bisa saya dapatkan dari seorang teman, sebab seorang teman itu buat saya cenderung hanya melihat sisi luar saya saja tanpa mengetahui siapa saya pribadi sesungguhnya.
Sebagai contoh misalnya, di hadapan teman saya, saya bisa saja berpura-pura tertawa dan terlihat ceria tanpa beban, tapi jika dihadapan sahabat saya, saya tidak pernah bisa menutupinya. Meski pada awalnya saya berusaha untuk menutupi kesedihan saya, namun dia selalu bisa melihatketidakberesanatau dengan kata lain dia bisa menangkap kepura-puraan dalam diri saya. Itulah kenapa saya katakana bahwa teman itu buat senang-senang sementara sahabat itu ada saat kita sedang susah.
Mencari sahabat yang baik tentu tidak mudah, ada yang dalam hitungan hari bisa mendapatkan chemistry, namun ada pula yang harus melewati proses yang panjang untuk bisa memahami karakter kita.  Begitu pula sebaliknya saat kita berusaha menjadi sahabat yang baik bagi seseorang juga tidak gampang, terkadang kita memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk bisa memahami kepribadiannya.
Beberapa waktu yang lalu saya dihadapkan pada satu kejadian dimana ada seorang sahabat yang mengungkapkan kekesalaannya pada saya. Dan setelah saya mendengarkan keluhannya  sayapun mencoba memberikan pengertian padanya bahwa sesungguhnya  apa yang dikatakan oleh temannya itu benar adanya. Saya pikir saya sudah sangat mengerti dia hingga saya berani menarik kesimpulan sendiri dan tentu dia akan mendengarkan saya. Namun sayangnya perkiraan saya ini justru meleset karena maksud saya ini dinilai  beda oleh sahabat saya, dia menganggap saya menyudutkannya hingga membuatnya makin emosi. Kemudian dia berkata pada saya bahwa yang dia butuhkan adalah seorangpembela” untuk memberikan dukungan padanya, dan bukan seoranghakimuntuk memutuskan bahwa dia bersalah.
Seharusnya yang saya lakukan saat itu adalah menjadi pendengar yang baik, dan sekaligus memberikan dukungan moril. Tapi saya yang selama ini dianggap menjadi sahabat olehnya, malah bertindak kebalikannya, saya seakan-akan ikut menyalahkan apa yang dilakukannya dan itu membuatnya kecewa berat. Padahal saat dia memilih saya untuk menumpahkan perasaannya, itu karena dia mempercayai bahwa saya akan memberikan kenyamanan yang dia cari, tentu dia berharap saya akan mendukungnya dan membelanya, akan tetapi saya justru membuatnya kecewa dengan tindakan saya. Dan ini adalah salah satu bukti bahwa saya belum bisa menjadi sahabat yang baik buat dia karena saya belum memahami karakter dia sepenuhnya.
Memang saat seseorang sedang dilanda emosi entah itu marah atau sedih, tentu semuanya akan menjadi gelap , ibaratnya dia tidak bisa melihat atau mendengar apapun. Yang dibutuhkan saat itu hanyalah orang yang mau mendengar dan mendukungnya, kemudian membuatnya tenang. Dan itu yang tidak saya lakukan kepada sahabat saya. Saya malah sibuk menjadi penengah padahal yang dibutuhkannya saat itu adalah seorang pendukung.
Tentu saja sebagai sahabat yang baik kita perlu mengingatkan sahabat kita jika dia melakukan kesalahan toh itu untuk kebaikannya juga. Namun kita tetap harus bisa melihat situasi dan kondisi, apakah waktunya tepat untuk kita menyarankan sesuatu.
Bila kita mencoba memberikan saran pada seseorang yang sedang emosi tentu ini akan diartikan beda, sehingga maksud atau tujuan kita pun tidak akan mampu dicerna dengan baik. Akan tetapi jika suasananya sudah adem atau emosinya sudah turun, maka kita bisa memberikan saran atau penilaian agar dia pun memiliki kesempatan untuk berfikir dan mencerna apa yang kita sampaikan. Sehingga besar kemungkinan untuk membuatnya mengerti maksud dan tujuan kita sebenarnya, yang tentu untuk kebaikannya juga.
Saya tahu saya belum bisa menjadi yang terbaik bagi sahabat saya, meski begitu saya sangat menyayangi para sahabat saya.
Sebait puisi untuk para sahabat
Kau boleh lupakanku saat kau bahagia
Tapi ingatlah aku saat kau berduka,
Kau boleh acuhkanku saat kau ceria
Tapi menangislah dipundakku andai kau terluka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar